18 November 2009

Katagori Karyawan Menurut Prof. Djamaludi Ancok

Dalam sebuah diskusi dengan para dosen di Bogor pada kegiatan OUTING CLASS, Pak Edi Suswardji dosen FE Unsika menyampaiakan 5 (lima) katagori karyawan berdasarkan referensi dari Prof. Djamaludi Ancok (Dosen Fak. Psikologi UGM). Kelima katagori tersebut yaitu, sebagai berikut:
  1. Karyawan Wajib yaitu karyawan yang harus ada, kalau tidak Perusahaan rugi.
  2. Karyawan Sunnah yaitu karyawan yang kalau ada Perusahaan lebih baik, kalau tidak ada Perusahaan tidak apa-apa.
  3. Karyawan mubah yaitu ada tidak ada Perusahaan tidak apa-apa
  4. Karyawan Makruh : kalau tidak ada, Perusahaan lebih baik, kalau ada, Perusahaan tidak apa-apa.
  5. Karyawan Haram :kalau tidak ada Perusahaan lebih baik, kalau ada Perusahaan rugi.
Termasuk katagori manakah Anda dalam perusahaan atau organisasi tempat Anda bekerja ?

12 Juni 2009

SEMESTER PENDEK DI FAKULTAS EKONOMI UNSIKA

1. Pengertian Semester Pendek

Program Pendidikan yang dilaksanakan pada Akhir semester Genap, yang ditawarkan bagi mata kuliah tertentu, sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan akademik yang berlaku yang diatur oleh Fakultas Ekonomi yang tertuang pada Surat Keputusan Dekan No. 335/SK/B.1/USK/VII/2008.

2. Tujuan

a. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperbaiki prestasi akademiknya

b. Mengoptimalkan sumber daya fakultas

3. Syarat mengikuti

a. Mahasiswa terdaftar pada semester yang bersangkutan

b. Membayar biaya semester pendek

4. Mekanisme

Bahwa mekanisme dari Semester Pendek adalah :

a. Dilaksanakan setelah semester genap dan nilai mata kuliah bersangkutan diumumkan.

b. Mahasiswa diperbolehkan mengikuti mata kuliah yang pernah diambil pada semester sebelumnya atau mata kuliah baru pada Semester Pendek kecuali mata kuliah yang memliki bobot praktikum,

c. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah baru pada semester pendek dengan syarat memiliki IPK minimal 3,00.

d. Mahasiswa yang mendapatkan nilai B dan C diperbolehkan untuk mengikuti Semester Pendek.

e. Mahasiswa yang mendapatkan nilai D disarankan untuk mengikuti Semester Pendek.

f. Mahasiswa yang mendapatkan nilai E wajib mengulang pada semester yang sama tahun akademik berikutnya.

g. Semester Pendek dapat diikuti oleh mahasiswa pada semester tersebut yang mendapatkan nilai B, C dan D.

h. Semester Pendek tidak menjamin kelulusan atau perubahan nilai.

i. Jumlah sks yang diambil oleh seorang mahasiswa pada semester Pendek sebanyak-banyak 10 sks.

j. Pembiayaan Semester Pendek, disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di Unsika.

k. Semester Pendek dilaksanakan dalam 12 (dua belas) pertemuan termasuk ujian.

l. Semester Pendek dapat dilaksanakan apabila memenuhi sekurang-kurangnya 5 mahasiswa per mata kuliah.

5 Desember 2008

DO'A SAAT BINGUNG MENGHADAPI HUTANG

Tidak seorangpun manusia yang suka terlilit hutang. Baik dia beriman maupun tidak. Sebab ketika terbebani hutang seseorang biasanya menjadi bingung dan kehabisan gairah beraktifitas. Kreatifitas diri dan dinamika menurun. Ia tenggelam dalam kesedihan dan perasaan tertekan memikirkan hutangnya yang belum sanggup ia lunasi. Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu ’anhu bertutur: “Pada suatu hari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam masuk masjid. Tiba-tiba ada seorang sahabat bernama Abu Umamah radhiyallahu ’anhu sedang duduk di sana. Beliau bertanya: ”Wahai Abu Umamah, kenapa aku melihat kau sedang duduk di luar waktu sholat?” Ia menjawab: ”Aku bingung memikirkan hutangku, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: ”Maukah aku ajarkan kepadamu sebuah do’a yang apabila kau baca maka Allah ta’aala akan menghilangkan kebingunganmu dan melunasi hutangmu?” Ia menjawab: ”Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, ”Jika kau berada di waktu pagi maupun sore hari, bacalah do’a: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ ”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.” Kata Abu Umamah: ”Setelah membaca do’a tersebut, Allah ta’aala berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas hutangku.” (HR Abu Dawud 4/353) Ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari hadits di atas. Di antaranya ialah ternyata sahabat merupakan manusia biasa seperti kebanyakan manusia pada umumnya. Bilamana ia terlibat hutang maka ia menjadi bingung dan sedih. Hal ini jelas dinyatakan oleh Abu Umamah radhiyallahu ’anhu. Sahabat yang satu ini saking sedih dan bingungnya menghadapi lilitan hutang hingga kedapatan oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sedang berdiam diri di dalam masjid di luar jam biasanya seseorang berada di masjid. Pelajaran lainnya ialah bahwa sahabat tatkala ditawari doa oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam untuk menghilangkan kebingungan dan mengatasi beban hutangnya, maka tanpa ragu sedikitpun ia menyambut dan menerimanya. Bahkan dengan segera ia amalkan, sehingga dengan izin Allah subhaanahu wa ta’aala tak lama sesudah ia rajin berdoa, Allah subhaanahu wa ta’aala berkenan mengatasi problem hutangnya. Tentunya sahabat Abu Umamah radhiyallahu ’anhu membaca doa bukan sekedar seperti orang bernyanyi tanpa memahami dan meyakini kekuatan doa tersebut. Di samping berdoa ia berusaha sekuat tenaga mengatasi apa-apa yang ia lontarkan dalam doanya. Ia berusaha mengatasi bingungnya, sedihnya, lemah dirinya, malasnya dan ketidakberdayaannya menghadapi kesewenang-wenangan manusia kepada dirinya. Demikianlah para sahabat radhiyallahu ’anhum. Mereka merupakan anak didik terbaik Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sehingga mereka tidak pernah meragukan kekuatan doa. Barangkali jika di zaman sekarang ada orang yang datang kepada seseorang mengeluhkan problem hutangnya kemudian diberikan jalan keluar berupa doa kepada Allah subhaanahu wa ta’aala, ia akan marah dan merasa dipermainkan. Artinya, jika kita sedang bingung lantaran problem hutang yang tidak kunjung terlunasi, maka hendaknya kitapun mengikuti jejak generasi terbaik para sahabat radhiyallahu ’anhum tersebut. Mereka sungguh telah menghayati kebenaran firman Allah ta’aala di dalam Kitab-Nya: وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah ayat 186) Dari ayat di atas dapat kita simpulkan beberapa pelajaran yang sangat penting: (1) Allah ta’aala itu dekat. Artinya jangan kira Allah ta’aala tidak melihat dan mengetahui segala apa yang berkecamuk di dalam diri kita. Termasuk segala kesulitan yang kita hadapi. (2) Asalkan permohonan diajukan kepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala berjanji pasti akan mengabulkannya (3) Agar lebih besar kemungkinan dikabulkannya, hendaklah kita penuhi segenap perintah Allah ta’aaladan tentunya tinggalkan segenap larangan-Nya (4) Berimanlah kepada Allah ta’aala. Sebab Allah ta’aala memliki nama-nama yang baik (Asmaa-ul Husna). Allah ta’aala Dialah yang Maha Kaya, Maha Mendengar, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Kuasa mengabulkan segenap doa hamba-hambaNya.

11 November 2008

PEMIKIR

Siapakah pemikir yang efektif itu ?

Orang yang percaya penuh akan pemikirannya. Bukan percaya bahwa dia yang benar atau dialah yang harus menemukan jawaban atas suatu masalah : tetapi yakin bahwa dia dapat melanjutkan pemikirannya menurut kehendaknya dan dengan sengaja memfokuskan pikirannya pada tujuan yang dia ingini. Pemikir yang efektif adalah orang yang dapat mengendalikan pemikirannya sehingga tidak hanyut dari satu gagasan ke gagasan lain, dari emosi yang satu ke emosi yang lain. Seorang pemikir yang efektif dengan jelas mengetahui apa yang akan dilakukannya dia dapat membatasi aktivitas berpikir serta membuat pemikiran tersebut tuntas. Sasaran pemikirannya tepat dan jangkauannya luas. la lebih mencintai kebijaksanaan daripada kepandaian. la menikmati berpikir walaupun tidak selalu sukses. la percaya diri dan tegas tetapi juga rendah hati. la sadar bahwa setiap pendekatan merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan, bahkan kebanyakan pendekatan belum pernah ia pikirkan. la efektif dan berjiwa maju. la tangkas dalam ber¬pikir dan bertindak praktis bila perlu. la tidak puas dengan overintelektualisasi, tetek-bengek, atau senantiasa ragu-ragu mengambil keputusan. Pada akhir pemikirannya ia dapat mencamkan dengan jitu kemajuan apa yang telah diraih-nya. la belajar menghargai apa yang telah dicapainya, se-kalipun jawaban tersebut hanya satu realisasi dari sekian banyak masalah yang harus dipikirkan.

Pemikir memperlakukan berpikir sebagai suatu kecakapan yang berharga, baik dalam praktek maupun dalam penela-ahan. la mampu berpikir mengenai pemikiran pada umum-nya dan pemikirannya sendiri pada khususnya. la bersifat obyektif dan memperhatikan di mana pemikirannya kurang efektif. la menyadari apa yang perlu dilakukan, sekalipun ia tidak dapat melakukannya. la menelaah buah pikiran orang lain: bukan untuk mencari kesalahan, tetapi bagaikan seorang pembuat peta mungkin meneliti kawasan. la bersi-fat konstruktif bukan mengkritik melulu. la berpendapat bahwa berpikir bertujuan untuk mencapai pengertian yang lebih baik, keputusan yang lebih tepat dan cara bertindak yang sehat, bukan untuk membuktikan bahwa ia lebih pandai dari orang lain. la menghargai gagasan sebagaimana ia ikhlas menghargai setangkai mawar indah, tidak menjadi soal di taman siapa bunga itu tumbuh.

la mencela keangkuhan sebagai dosa besar dalam berpikir.

Barangkali ia terlalu sempurna dan ideal untuk hidup. la bukan tanpa emosi, tetapi ia melihat tujuan berpikir sebagai penyusunan pengalaman sehingga emosinya dapat dikendalikan dengan tepat.

8 November 2008

Berpikir Sebagai Suatu Kecakapan

Berpikir bagaikan berjalan atau bernafas. Tidak ada sesuatu yang kita butuhkan untuk melakukannya dan tidak ada yang dapat kita perbuat untuk itu. Campur tangan apa pun terhadapnya hanyalah akan membuatnya kaku dan artifisial serta menghambat kesadaran diri. Jika Anda cerdas, Anda seorang pemikir yang baik. Jika Anda tidak cerdas, sayang sekali dan Anda harus mendengarkan orang yang cerdas. Atau, berpikir adalah suatu keterampilan seperti mengendarai mobil, bermain sulap, memasak, berselancar, melepaskan anak panah, atau merajut. Segelintir orang akan lebih baik daripada yang lain. Akan tetapi, setiap orang dapat mencapai keterampilan yang wajar. Jika ia ingin meraihnya. Yang pertama-tama muncul adalah keinginan atau kemauan untuk melakukannya. Kemudian menyusul minat, praktek, dan kegemaran. Kadang-kadang praktek lebih banyak dari­pada kegemaran. Jika kecakapan itu dikuasai, kemahiran dan keefektifan atasnya biasanya menjadi kegemaran. Semakin banyak praktek semakin baik hasil yang diperoleh. Barangkali berpikir sebagai suatu kecakapan lebih mirip dengan naik sepeda atau berenang. Pada mulanya ada kecanggungan, dan kegiatan itu tampaknya tidak berfaedah dan aneh. Akan tetapi, setelah kegiatan itu kita kuasai, sulit dipercaya bahwa pada mulanya kita mengalami tahap kecanggungan. Jadi, ada dua pilihan. Jika Anda lebih menyukai yang pertama, Anda menyerah pada taraf pemikiran Anda yang sekarang dengan keyakinan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk memperbaikinya. Bisa jadi Anda begitu puas dengan tingkat pemikiran Anda yang sekarang, sehingga Anda tidak dapat melihat perlunya perbaikan lebih lanjut. Kedua sikap ini tampaknya menunjukkan sesuatu tentang kebiasaan berpikir. Apakah Anda yakin atau tidak bahwa berpikir dapat diperbaiki melalui minat dan prak­tek, sepatutnyalah diberi perhatian untuk menggali kemungkinan itu, karena itulah satu-satunya jalan untuk mengetahui apakah hal itu hanya merupakan suatu kemungkinan atau suatu peluang aktual. Penggalian merupa­kan jalan terbaik untuk menemukan apakah penggalian patut diberi perhatian. Harapan mungkin lebih tepat.