11 November 2008

PEMIKIR

Siapakah pemikir yang efektif itu ?

Orang yang percaya penuh akan pemikirannya. Bukan percaya bahwa dia yang benar atau dialah yang harus menemukan jawaban atas suatu masalah : tetapi yakin bahwa dia dapat melanjutkan pemikirannya menurut kehendaknya dan dengan sengaja memfokuskan pikirannya pada tujuan yang dia ingini. Pemikir yang efektif adalah orang yang dapat mengendalikan pemikirannya sehingga tidak hanyut dari satu gagasan ke gagasan lain, dari emosi yang satu ke emosi yang lain. Seorang pemikir yang efektif dengan jelas mengetahui apa yang akan dilakukannya dia dapat membatasi aktivitas berpikir serta membuat pemikiran tersebut tuntas. Sasaran pemikirannya tepat dan jangkauannya luas. la lebih mencintai kebijaksanaan daripada kepandaian. la menikmati berpikir walaupun tidak selalu sukses. la percaya diri dan tegas tetapi juga rendah hati. la sadar bahwa setiap pendekatan merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan, bahkan kebanyakan pendekatan belum pernah ia pikirkan. la efektif dan berjiwa maju. la tangkas dalam ber¬pikir dan bertindak praktis bila perlu. la tidak puas dengan overintelektualisasi, tetek-bengek, atau senantiasa ragu-ragu mengambil keputusan. Pada akhir pemikirannya ia dapat mencamkan dengan jitu kemajuan apa yang telah diraih-nya. la belajar menghargai apa yang telah dicapainya, se-kalipun jawaban tersebut hanya satu realisasi dari sekian banyak masalah yang harus dipikirkan.

Pemikir memperlakukan berpikir sebagai suatu kecakapan yang berharga, baik dalam praktek maupun dalam penela-ahan. la mampu berpikir mengenai pemikiran pada umum-nya dan pemikirannya sendiri pada khususnya. la bersifat obyektif dan memperhatikan di mana pemikirannya kurang efektif. la menyadari apa yang perlu dilakukan, sekalipun ia tidak dapat melakukannya. la menelaah buah pikiran orang lain: bukan untuk mencari kesalahan, tetapi bagaikan seorang pembuat peta mungkin meneliti kawasan. la bersi-fat konstruktif bukan mengkritik melulu. la berpendapat bahwa berpikir bertujuan untuk mencapai pengertian yang lebih baik, keputusan yang lebih tepat dan cara bertindak yang sehat, bukan untuk membuktikan bahwa ia lebih pandai dari orang lain. la menghargai gagasan sebagaimana ia ikhlas menghargai setangkai mawar indah, tidak menjadi soal di taman siapa bunga itu tumbuh.

la mencela keangkuhan sebagai dosa besar dalam berpikir.

Barangkali ia terlalu sempurna dan ideal untuk hidup. la bukan tanpa emosi, tetapi ia melihat tujuan berpikir sebagai penyusunan pengalaman sehingga emosinya dapat dikendalikan dengan tepat.